Profil Liza / Arneliza Anwar
Liza / Arneliza Anwar
Mengenal Dunia Autis/Autisme
Tokoh Penerus Smart ABA (Smart Applied Behavior Analysis)
Direktur KID-ABA Autism Center Indonesia & Smart ABA Advance Trainer (BNSP Certified)
Celebration Boulevard Blok AA 11 No.56-57-58, Grand Wisata, Bekasi 17510, Jawa Barat, Indonesia
Sampai dengan paling tidak akhir tahun 2008, kata autis masih cukup asing bagi Arneliza Anwar, yang waktu itu sehari-harinya asyik tenggelam dalam kesibukan dunia professional yang jauh sekali dari dunia autisme. Bahkan kata autis sendiri dalam lingkungan profesional yang ia geluti seringnya dijadikan bahan olok-olok sehingga mempunyai konotasi yang negatif. "Namun kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada hari-hari ke depan kita", begitu papar Liza, panggilan akrab dari sosok pribadi yang mengesankan yang sekarang mencantumkan namanya sebagai Liza Anwar R Sutadi.
Ternyata, begitulah juga yang terjadi pada Liza, ALLAH SWT menentukan takdir hidupnya masuk ke lingkungan yang sama sekali berbeda dari dunia profesi yang selama itu ia geluti, setelah ia menjalani ta'aruf dengan seorang lelaki pilihanNYA.
Ta'aruf melalui seorang sahabat dengan seorang laki-laki yang sebelumnya tidak dia kenal sama sekali membuatnya seperti tersadar bahwa ada dunia lain yang sangat asing baginya. Ta'aruf ini sebelumnya diawali dengan perkenalan yang awalnya hanya bagian dari pertemuan bisnis dengan seorang temannya yang ditemani oleh seorang pria yang akhirnya menjadi suaminya. Pertemuan pertama ini membangkitkan getar-getar di relung-relung hatinya yang paling dalam, ketika pertama kali ia diperkenalkan dengan laki-laki tersebut, seperti layaknya orang yang jatuh cinta.
Statusnya laki-laki tersebut yang saat itu sebagai seorang narapidana pun seakan sirna dari penglihatan mata dan batinnya. Sosok seorang narapidana yang selama ini digambarkan sebagai sosok yang angker segera saja sirna, sesaat segera ketika laki-laki ini hadir di hadapannya. Sosok yang ternyata sangat humble, murah senyum dan tidak mau menatap ke arah Liza. Laki-laki tersebut hanya menatap ke arah teman yang bersamanya saja.
Hmmmm salah tingkahlah Liza di hadapannya, dan ia yakin bahwa sikapnya yang salah tingkah itu pastilah tertangkap. "Tapi dia tidak juga memalingkan mukanya ke arah saya," begitu tuturnya. Ego Liza pun muncul... "hmmmm sebenarnya maunya dia apa sih ???"
Singkatnya, syariat Islam tentang hal tersebut yang saat itu belum begitu difahaminya, membuat Liza berfikir bahwa "dia cuek pada saya". Pada akhirnya semua pertanyaan yang ada di benaknya terjawab setelah mereka menikah pada tanggal 31 Maret 2009.
Selanjutnya Liza bertutur, itulah awal pertama kali saya melihat sinar cinta di matanya, begitu berbinar-binar ketika Ijab Kabul selesai diucapkan pertanda resmi dan sahnya kami menjadi suami-Istri. Dan betapa saya saat itu bisa merasakan kehadiran ALLAH sangat dekat dengan saya, dan sebuah suara bergema entah dari mana dari ruang tempat ijab Kabul kami "Jabatlah, jabatlah tangan suamimu". Tak kuasa saya menahan haru melihat orang yang selama ini tak pernah memandangi saya, kali ini memandang saya dengan begitu banyak cinta di matanya. Air mukanya yang jernih sangat menyejukkan hati saya, memupus semua galaunya hati saya selama berta'aruf, nazhor, dan khitbah dengannya. Selanjutnya biarlah menjadi komsumsi kami berdua saja ya….hmmmmm.
Lebih lanjut, saya kemudian mengetahui lebih jauh lagi tentang suamiku ini. Seorang dokter Spesialis Anak yang ALLAH pernah titipkan seorang anak autistik sehingga dia mendalami dan mempelajari tentang autisme ke beberapa Negara dan tergabung dalam ARI (Autism Research Institute). Banyak kemudian aku lihat tulisan-tulisannya seputar autisme.
Perkenalanku dengan dunia autisme dimulai sejak saat itu. Suamiku ini menganjurkan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan autisme. Terus terang kesibukan di dunia profesiku membuatku rasanya kehabisan semua waktu, apalagi jika ditambah dengan kesibukan baru ini yang sudah pasti menguras energi. Tapi begitulah "ALLAH sebagimana sangkaan umatNYA". Ketika saya berfikir seperti itu memang semua upaya suami saya untuk memperkenalkan tentang autisme kepada saya menjadi mentah, karena saya memang tidak tertarik.
Namun kehadiran seorang anak bernama Haidar yang saat itu berusia 3 tahun, seorang anak autistik yang berasal dari Semarang betul-betul menjungkir-balikkan habis hati saya. Melihat secara langsung bagaimana Uminya Haidar berurai air mata di hadapan suami saya tentang kondisi Haidar, membuat saya seperti dibenturkan kepada tembok yang maha kuat. Begitu EGOISnya saya .
Melihat betapa asyiknya dia sendiri tanpa menghiraukan ada orang lain di sekitarnya sepanjang sekitar 4 jam keluarga ini bertemu dengan suami saya, saya melihat betapa kuatnya keluarga ini dengan amanah yang ALLAH titipkan pada mereka.
Saat itu saya hanya berfikir "ALLAH pasti memilih orang tua terbaik untuk dititipkan anak-anak autistik ini".
Setelah hari itu saya mulai membuka semua buku yang diberikan suami saya, dan membaca lembaran-demi-lembaran buku tentang autisme yang membuat bulir-bulir air mata saya berjatuhan karena tak kuasa saya untuk menahannya. Begitu kompleksnya sehingga hanya orang tua yang terpilih saja yang akan ALLAH amanahi anak-anak ini, yang Allah pasti yakin akan kemauan dan kemampuan mereka dalam menangani anak anak ini.
Buku-demi-buku kuselesaikan dan hari-hari diskusi yang mengasyikkan dengan suami pun dimulai. Oooooo tidak mudah belajar dari suami sendiri. Seringnya saya ngambek jika Uda (begitu saya memanggilnya) terlalu banyak protes tentang ini dan itu. Tapi Subhanallah… itulah yang semakin merekat-eratkan ikatan cinta kami.
Dan seluk-beluk autisme dan penanganannyapun Uda transfer ilmunya secara penuh kepada saya. Beruntunglah di dunia profesi yang saya geluti selama ini, berbicara atau melakukan presentasi di depan banyak orang bukanlah kendala bagi saya. Karena hampir 10 tahun perjalanan karir profesional saya bidang itu sudah akrab saya geluti. Sehingga ketika masa belajar saya satu tahun selesai dari pakar autisme ini, beberapa daerah meminta kesediaan saya untuk mengadakan pelatihan ABA (Applied Behavior Analysis) untuk di daerah mereka.
Kendala demi kendala saya tuntaskan mengacu pada penerapan ABA yang benar dan betul, Dimana ABA itu sistematis, terstruktur, dan terukur. Nah begitu banyak pembelokan yang terjadi yang memang pada akhirnya berdampak pada tidak/kurang majunya kemampuan anak-anak autistik yang mereka tangani. Bahkan mereka yang mengetahui tata-cara dalam ABA sepertinya enggan melakukannya, karena ABA ini membutuhkan keseriusan dan kemampuan yang detail serta presisi, sehingga menjalankannya akan cukup menguras enerji, dan mudah terlihat atau terdeteksi jika pelaksanaannya menyimpang.
Dan yang mencengangkan saya adalah adanya pemikiran/filosofi/motivasi yang kurang baik dan tidak selayaknya bagi orang tua yang didengungkan oleh sementara orang yang katanya "Pakar Autisme". Tapi semuanya menurut saya kembali kepada orang tua. Jika mereka mengikuti jalan yang benar pasti mereka akan sampai ditempat yang benar pula.
Tugas saya hanya menyampaikan, mengajarkan kepada orang tua, guru dan terapis bagaimana Intervensi Dini dan tatalaksana autisme yang betul dan benar untuk anak anak mereka
Alhamdulillah setelah sekitar tujuh bulan saja perjalanan saya ke daerah-daerah di Indonesia, sudah banyak berita gembira yang disampaikan kepada saya, mulai dari anak sudah mulai bisa mengucapkan "A", sudah bisa kontak mata, sudah bisa imitasi motorik kasar, dan yang paling menggembirakan adalah ketika mereka diuji coba di sekolah reguler… Masya Allah… sungguh inilah campur tangan ALLAH yang sangat banyak dalam hidup saya.
Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan kepada orang tua anak-anak autistik di manapun Bapak dan Ibu berada, rasanya tidak akan pernah kering air mata saya setiap kali mendengar keluh kesah anda semua…, dan pesan saya kepada semua Bapak dan Ibu, haruslah terus bersemangat, harus percaya bahwa adalah hal yang sangat mudah bagi ALLAH untuk menyembuhkan autisme pada anak-anak Bapak dan Ibu. Untuk itu tetaplah dalam baik sangka kepada Allah, jangan lagi mendahului Allah dengan mengatakan Autisme tidak bisa disembuhkan. Jika Bapak dan Ibu semua yakin bahwa ALLAH adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu, maka mintalah kesembuhan kepadaNYA. DIA yang memberikan/menciptakan sakit, maka DIA juga yang menyembuhkan. DIA yang memberikan cobaan, maka DIA juga yang akan mengangkat cobaan itu.
Saya bersyukur Allah mempertemukan saya dengan banyak orang tua yang begitu yakin akan kemungkinan kesembuhan anak-anak autistiknya dan mengalirkan semangat baru bagi saya untuk berbuat lebih banyak untuk mereka.
Insya Allah dengan pertolonganNYA yang tiada henti kita terus panjatkan, maka ALLAH akan menyingkirkan autisme dari diri anak-anak kita, sehingga tak ada lagi kemudian yang menyimpan atau mengurung anak-anak ini di rumah dan menjauhkannya dari lingkungan pergaulan masyarakat umum… Wallahu'allam bishowab. Demikianlah Liza mengakhiri pembicaraannya.
"Ayo verbal…! ayo sekolah reguler…!"
Grand Wisata – Bekasi, 18 April 2011.
(revisi dari 31 Maret 2011)
Liza / Arneliza Anwar
KID-ABA Ultimate For Autism
(Klinik Intervensi Dini Applied Behavior Analysis)
Grand Wisata Blok AA 11 No.56-57-58, Tambun, Bekasi 17510
Jawa Barat, Indonesia
Telpon/WA: +62-085-100-90-6000
liza_rudy[et]yahoo.com
(mohon [et] diganti dengan @ untuk menghindari spam)
Artikel ini juga bisa dibaca di kidaba.com