Artikel Smart ABA dan Smart BIT
Ringkasan 03 Dari 17 Ndash Biomedical Intervention Therapy A L E R G I M A K A N A N
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, ABA & BIT
(Applied Behavior Analysis dan Biomedical Intervention Therapy)
Artikel ini telah dibaca: 93415 kali » sejak 23 Oktober 2011
Waktu terakhir dibaca: 13 September 2023 » Jam 11:37:45
Ringkasan 03 Dari 17 Ndash Biomedical Intervention Therapy A L E R G I M A K A N A N
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, ABA & BIT
(Applied Behavior Analysis dan Biomedical Intervention Therapy)
Banyak anak autistik mengalami alergi makanan, disebabkan oleh abnormalitas pada sistem pencernaan dan/atau sistem kekebalan mereka.
Jika makanan tidak dicerna sempurna menjadi susunan terkecil gula, asam amino, dll, maka makanan yang dicerna sebagian tersebut dapat terserap oleh saluran cerna kemudian masuk ke dalam aliran darah, khususnya pada anak yang mengalami “leaky gut†karena inflamasi (peradangan).
Sistem kekebalan memperlakukan bahan-bahan makanan tersebut sebagai benda asing, yang kemudian melancarkan reaksi kekebalan terhadap makanan tersebut, sehingga menyebabkan reaksi alergi.
KETERANGAN :
- Hindari makanan yang alergis
- Pertimbangkan pemberian enzim pencernaan agar makanan dicerna lebih sempurna
- Pertimbangkan metode lain untuk memperbaiki usus (banyak alergi makanan akan menghilang ketika inflamasi usus diperbaiki)
- Pertimbangkan penggunaan diet rotasi dan eliminasi
TESTING
Beberapa reaksi alergi dapat terjadi/timbul segera, dan beberapa mungkin timbul setelah beberapa jam atau beberapa hari. Yang terakhir ini lebih sulit dideteksi.
Beberapa reaksi terjadi sangat kuat, seperti kemerahan atau bahkan syok anafiltaktik, sedangkan reaksi yang lain bisa lebih ringan seperti sakit kepala atau sakit perut.
Testing meliputi observasi, catatan diet, uji kulit, dan pemeriksaan darah.
Observasi : Perhatikan kemerahan pada pipi, kuping memerah, dan lingkaran gelap di bawah mata yang mungkin menandakan alergi. Juga perhatikan perubahan pada perilaku.
Catatan makanan : Buat catatan makanan, dan perhatikan pola antara gejala-gejala dan makanan yang dikonsumsi dalam 1-3 hari terakhir.
Pemeriksaan darah : Pemeriksaan IgE dan IgG dilakukan oleh banyak laboratorium. IgE berhubungan dengan respons imun segera, dan IgG berhubungan dengan respons imun lambat.
Uji kulit : Kurang bermanfaat dibanding pemeriksaan darah, karena hanya memeriksa respons imun segera.
Semua testing alergi mempunyai keterbatasan. Bisa terjadi pemeriksaan IgE negatif walau secara klinis menunjukkan gejala-gejala alergi makanan. Pemeriksaan IgG dan IgE dapat positif tetapi tidak berhubungan dengan gejala-gejala klinis.
Manfaatkan uji alergi sebagai gambaran makanan yang perlu dihindari, dan kemudian lakukan observasi efeknya.
Jika anda tidak sanggup atau tidak ingin melakukan testing, pilihan lain adalah untuk melakukan diet rotasi dan eliminasi terhadap bahan-bahan makanan yang paling reaktif yang meliputi gluten, susu dengan segala produknya, gula tebu, jagung, kedelai, ragi, kacang tanah, telur, pewarna dan pengawet buatan.
Jika terjadi perbaikan, kemudian coba diberikan kepada anak dengan satu jenis tunggal bahan makanan tersebut setiap 4 hari, untuk melihat apakah bisa diberikan lagi.
Gluten dan susu serta produknya adalah yang paling akhir dicobakan lagi.
MANFAAT :
Mengenyahkan bahan-bahan makanan yang alergis dapat menyebabkan perbaikan dengan rentang yang luas pada beberapa anak, terutama perbaikan pada perilaku dan perhatian.
Efektivitas terapi berdasar penilaian oleh orangtua (Parent Rating) (Publikasi ARI No. 40, April 2007) :
Terapi pada makanan yang alergi : 3% memburuk, 37% tidak ada perubahan, 61% membaik. Dari 560 laporan.
Diet rotasi : 2% memburuk, 50% tidak ada perubahan, 48% membaik. Dari 792 laporan
Menghentikan coklat : 2% memburuk, 49% tidak ada perubahan, 49% membaik. Dari 1.721 laporan.
Menghentikan telur : 2% memburuk, 58% tidak ada perubahan, 40% membaik. Dari 1.096 laporan.
JANGKA WAKTU :
Beberapa alergi makanan (seperti kacang tanah) tampaknya seumur hidup, sedangkan yang lainnya dapat menghilang ketika inflamasi usus diperbaiki dan/atau sistem imun kembali normal.
PENELITIAN :
- Penelitian oleh Vojdani dkk. memperlihatkan bahwa banyak anak autistik memiliki alergi makanan.
- Penelitian oleh Lucarelli dkk. pada penelitian terbuka dengan 36 anak memperlihatkan bahwa diet 8-minggu dengan menghindari makanan yang alergi menghasilkan perbaikan.
- Penelitian oleh Kushak dan Buie menemukan bahwa anak-anak autistik mungkin memiliki enzim-enzim pencernaan dengan kadar yang lebih rendah atau kurang aktif terhadap gula kompleks, yang mengurangi kemampuan untuk mencerna sempurna gula dan tajin.
- Beberapa penelitian oleh Horvath, Wakefield, Buie, dan lain-lainnya memperlihatkan bahwa inflamasi usus sering terdapat pada autisme. Hal ini menyebabkan pada “leaky gut†bahan-bahan makanan yang tidak dicerna sempurna terserap oleh usus dan masuk ke darah, kemudian berpotensi untuk menghasilkan respons alergis.
Penelitian tersebut adalah :
- Vojdani A, O'Bryan T, Green JA, Mccandless J, Woeller KN, Vojdani E, Nourian AA, Cooper EL. Immune response to dietary proteins, gliadin and cerebellar peptides in children with autism. Nutr Neurosci. 2004 Jun;7(3):151-61.
- Lucarelli et all, Food allergy and infantile autism. Panminerva Med. 1995 Sep;37(3):137-41.
- Horvath K et al, Gastrointestinal abnormalities in children with autistic disorder,†J. Pediatrics 135 no. 5 (1999) 559-563.
- Horvath K and Perman JA “Autistic disorder and gastrointestinal disease,†Curr. Opinion in Pediatrics, 14 (2002) 583.
- Wakefield et al., Enterocolitis in children with developmental disorders. Am J Gastroenterol. 2000 Sep;95(9):2285-95.
- Kushak R and Buie T “Disaccharidase deficiencies in patients with autistic spectrum disorders,†presented at DAN! New Orleans Jan 2004.
Artikel ini juga bisa dibaca di kidaba.com