Artikel Smart ABA dan Smart BIT
Stem Cell Therapy Terapi Sel Induk Pada Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, ABA & BIT
(Applied Behavior Analysis dan Biomedical Intervention Therapy)
Artikel ini telah dibaca: 133439 kali » sejak 07 Juli 2011
Waktu terakhir dibaca: 13 September 2023 » Jam 12:24:56
Stem Cell Therapy Terapi Sel Induk Pada Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, ABA & BIT
(Applied Behavior Analysis dan Biomedical Intervention Therapy)
Stem-cell atau sel-induk yaitu sel yang belum berdiferensiasi dimana turunan-turunan selnya dapat terdiferensiasi (berubah) menjadi berbagai jenis sel (misalnya sel darah, sel syaraf, dlsb).
Penelitian stem cell sudah dimulai sejak tahun 1960an di University Of Toronto. Terdapat dua jenis stem-cell, yaitu embryonic stem cells dan adult stem cells (yang meliputi somatic stem cells dan cord blood stem cells yang didapat dari tali pusat atau plasenta bayi baru lahir).
Embryonic stem cell didapat dari embryo manusia yaitu sel-sel pada stadium blastocyst.
Sedangkan somatic stem cells (disebut juga adult stem cells) didapat dari jaringan manusia (anak maupun dewasa), yang dapat diambil dari sumsum tulang atau tali pusat.
Embryonic stem cell merupakan kandidat yang paling menjanjikan untuk terapi misalnya pada penyakit-penyakit stroke, trauma otak, learning disability, Parkinson, Alzheimer, infark jantung, buta, tuli, diabetes, trauma sumsum tulang belakang, dlsb.
Namun terdapat hambatan masalah etika untuk menggunakan embryonic stem cell ini, sedangkan penggunaan adult stem cells tidak menuai kontroversi seperti embryonic stem cell, oleh karena tidak melakukan perusakan (calon) embryo.
Di samping itu, adult stem cell bisa diperoleh dari sumsum tulang penderita itu sendiri, yang disebut sebagai autograft, sehingga tidak terdapat risiko penolakan dari tubuh.
Sumber adult stem cell yang cukup mencengangkan yaitu bisa didapat dari tunas gigi geraham ketiga mandibular, yang berpotensi multipotent maupun pluripotent, yang jika gigi tersebut terbentuk akan menjadi enamel (ectoderm), dentin, periodontal ligament, blood vessels, dental pulp, nervous tissues, termasuk paling tidak 29 organ akhir unik tertentu termasuk juga memproduksi sel-sel hati.
Karena sedemikian sangat mudahnya didapat pada anak umur 8-10 tahun sebelum terjadinya kalsifikasi, maka dapat merupakan sumber untuk diri sendiri, juga penelitian, dan berbagai terapi.
Tehnis pelaksanaannya, yaitu setelah didapat cukup stem cell dari pembiakan, kemudian stem cell tersebut disuntikkan ke dalam cairan sumsum tulang belakang (cairan serebrospinal) melalui pungsi lumbal.
Jika prosedur tersebut gagal dilakukan, alternatifnya adalah diinfuskan melalu pembuluh darah.
Dari yang sudah dilakukan, terlihat adanya perbaikan pada kognisi, bahasa, kontak sosial, kontak mata, koordinasi, motorik, dan kewaspadaan.
Namun biaya untuk melakukan terapi stem cell pada autisme ini cukup mahal, yaitu sekitar 9 ribu Euro (sekitar 110 juta rupiah).
Artikel ini juga bisa dibaca di kidaba.com