Artikel Smart ABA dan Smart BIT
Terapi Intervensi Dini Pada Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, ABA & BIT
(Applied Behavior Analysis dan Biomedical Intervention Therapy)
Artikel ini telah dibaca: 114071 kali » sejak 08 Juli 2011
Waktu terakhir dibaca: 13 September 2023 » Jam 11:47:25
Terapi Intervensi Dini Pada Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, ABA & BIT
(Applied Behavior Analysis dan Biomedical Intervention Therapy)
Yang dimaksud dengan developmental delay yaitu jika seorang anak tidak menguasai suatu tahap perkembangan sesuai dengan patokan-patokan perkembangan pada waktu-waktu yang seharusnya sudah dikuasai.
Keterlambatan ini bisa terjadi pada satu bidang atau lebih, misalnya masalah pada kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosial, atau berpikir/kepandaian.
Per definisi, keterlambatan ini tidak hanya berlangsung sementara, tetapi terus berlanjut jika tidak dilakukan intervensi.
Yang dimaksud dengan disability yaitu ketidak-mampuan seseorang dalam hal fisik, kognitif, mental, panca-indra, emosional, perkembangan, atau kombinasi hal-hal tersebut.
Disability ini meliputi berbagai hal, yaitu misalnya impairment yaitu masalah fungsi atau struktur tubuh, keterbatasan aktivitas yaitu kesulitan untuk melakukan suatu tugas (task) atau aksi, keterbatasan partisipasi yaitu masalah pada seseorang untuk terlibat pada kehidupan sehari-hari.
Secara singkatnya, disability yaitu terdapat masalah pada tubuh/bagian-tubuh seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya sesuai dengan standar yang ada di masyarakat atau yang umum disebut sebagai normal.
Suatu disability dapat terjadi sejak dalam kandungan, saat lahir, atau segera setelah lahir ataupun setelah itu.
Umumnya suatu kelainan hanya melibatkan salah satu bidang saja pada bidang reseptif/sensorik (kemampuan penginderaan), kognitif (kemampuan pemahaman/kecerdasan), atau ekspresif (kemampuan mengungkapkan/menyatakan apa yang ada di dalam pikirannya).
Pada autistik, umumnya ketiga bidang tersebut terkena dampaknya. Sehingga, pada masalah yang “hanya†meliputi satu bidang saja harus dilakukan intervensi dini, maka apalagi pada autistik yang meliputi seluruh ketiga bidang tersebut, yaitu harus dan tidak bisa ditawar lagi untuk dilakukan intervensi dini.
Alasan untuk intervensi dini yaitu sehubungan dengan plastisitas otak, di mana sebelum usia 3 tahun otak relatif jauh lebih plastis dibandingkan dengan di atas 3 tahun.
Plastisitas otak (brain/neuroplasticity) atau disebut juga pemetaan-kembali otak (cortical re-mapping), adalah kemampuan otak manusia untuk berubah sesuai dengan pengalaman/stimuli (rangsangan-rangsangan) yang didapat/diterima oleh otak, yaitu dimana otak yang terdiri dari sel-sel syaraf (neuron) dan sel-sel glial (neuroglial, berasal dari bahasa Yunani glia yang berarti lem. Yaitu sel-sel non-neuron yang memelihara homeostasis, membentuk myelin/selubung-saraf, serta memberi dukungan dan perlindungan bagi sel-sel neuron) saling berhubungan, dimana berbagai stimuli yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan pada kekuatan koneksi satu-sama-lain, atau terjadi penambahan/penghilangan suatu koneksi, atau terbentuknya sel-sel baru.
Penelitian membuktikan bahwa pemberian stimuli (proses pembelajaran) yang tepat dapat merubah perilaku dan kognisi karena terjadi modifikasi koneksi-koneksi antara sel-sel neuron yang ada, maupun terjadinya pembentukan sel-sel neuron baru (neurogenesis).
Sampai dengan abad 20, sebelumnya diyakini bahwa sel-sel otak tidak dapat berkembang setelah periode usia tertentu, dan sel-sel otak yang sudah “mati†tidak dapat “hidup†kembali, serta (terutama) tidak bisa “terlahirnya†sel-sel neuron baru (neurogenesis).
Namun penelitian-penelitian modern membuktikan bahwa hal-hal ini bisa/mungkin terjadi, bahkan pada seluruh bagian otak, di sepanjang usia. Neroplastisitas ini dapat merubah struktur (anatomi) otak maupun fungsinya (fisiologi).
Hasil terbaik adalah jika intervensi mulai dilakukan sebelum anak berusia 3 tahun, yang disebut sebagai intervensi dini.
Penundaan dimulainya terapi akan mempengaruhi hasil jangka panjang (mengurangi keberhasilan).
Bagaimana jika anak sudah berusia di atas itu atau jauh di atas itu? Mohon diperhatikan bahwa alasan intervensi dini adalah karena di bawah usia 3 tahun, otak relatif *lebih* plastis dibanding di atas usia 3 tahun. Jadi, usia berapapun seorang anak autistik, harus dan bisa dilakukan intervensi, namun tidak lagi disebut sebagai intervensi dini, dan hasilnya kemungkinan besar akan berbeda jika intervensi dilakukan dini.
Artikel ini juga bisa dibaca di kidaba.com