Artikel Smart ABA dan Smart BIT
Antibiotik Pada Autisme Kawan Atau Lawan
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, ABA & BIT
(Applied Behavior Analysis dan Biomedical Intervention Therapy)
Artikel ini telah dibaca: 20304 kali » sejak 07 Juli 2011
Waktu terakhir dibaca: 13 September 2023 » Jam 11:34:58
Antibiotik Pada Autisme Kawan Atau Lawan
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, ABA & BIT
(Applied Behavior Analysis dan Biomedical Intervention Therapy)
Oleh karena anak-anak autistik umumnya mempunyai gangguan kekebalan, maka mereka sering mengalami infeksi. Di Amerika, infeksi yang sering terjadi pada mereka adalah infeksi telinga tengah (sedangkan di Indonesia penyakit infeksi yang umum adalah infeksi saluran napas atas seperti batuk-pilek dan radang tenggorok). Oleh karena itu mereka sering mendapat terapi antibiotik untuk mengatasi infeksi tersebut.
Masalahnya, antibiotik yang diberikan tidak bisa khusus membunuh bakteri penyebab infeksi tersebut saja. Antibiotik yang dikonsumsi juga akan membunuh bakteri-bakteri yang ada di saluran usus, utamanya bakteri-bakteri “baik†yang lebih banyak mati, sedangkan bakteri-bakteri “jahat†dapat lebih bertahan. Kemudian “kekosongan†yang terjadi ini diisi oleh jamur (terutama golongan Candida), di samping itu bakteri-bakteri “jahat†kemudian lebih berkembang-biak dibandingkan bakteri-bakteri “baikâ€. Terjadi keadaan yang disebut sebagai disbiosis (overgrowth jamur dan bakteri).
Jamur yang tumbuh berlebihan akan merusak dinding usus, sehingga menyebabkan permeablitas usus meningkat, yaitu berbagai bahan yang normalnya tidak terserap oleh usus maka menjadi terserap. Bahan-bahan tersebut adalah peptida-peptida serta berbagai bahan yang dikeluarkan oleh bakteri/jamur/parasit agar supaya mereka dapat tetap bertahan hidup di saluran usus manusia (zat anti untuk melawan/menetralkan antibodi yang dikeluarkan oleh tubuh manusia untuk mematikan mereka), dlsb.
Berbagai bahan tersebut akan mengganggu kerja otak dan syaraf anak-anak autistik, sehingga menimbulkan berbagai gejala/masalah perilaku.
Oleh karena hal tersebut, maka ada orang-orangtua yang menjadi sedemikian anti terhadap pemakaian antibiotik terhadap anak mereka. Bahkan pernah terjadi di Indonesia, anak-anak tersebut penyakitnya memberat karena tidak diberi antibiotik, kemudian tidak tertolong lagi dan akhirnya meninggal dunia.
Jadi, jika anak-anak autistik mengalami penyakit infeksi, jangan ragu untuk memberikan antibiotik kepada mereka. Dan oleh karena telah kita ketahui kemungkinan komplikasinya, maka setiap pemberian antibiotik kepada mereka, harus juga diberikan obat (obat-obat) anti-jamur yang diberikan dengan dosis terapetik selama pemberian antibiotik, dan dilanjutkan 3-5 hari setelah antibiotik diberikan, kemudian diikuti dosis maintenance. Di samping itu, perlu diberikan juga probiotik (ekstra jika perlu) yang diberikan 2-3 jam setiap setelah pemberian antibiotik (untuk menghindari probiotik yang diberikan terbunuh oleh antibiotik yang diberikan).
Jadi, antibiotik adalah kawan, sepanjang kita tahu cara “menjinakkannyaâ€.
Artikel ini juga bisa dibaca di kidaba.com