Artikel Smart ABA dan Smart BIT
Epidemiologi Autis Autism Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, ABA & BIT
(Applied Behavior Analysis dan Biomedical Intervention Therapy)
Artikel ini telah dibaca: 58475 kali » sejak 07 Juli 2011
Waktu terakhir dibaca: 13 September 2023 » Jam 11:50:50
Epidemiologi Autis Autism Autisme
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
Dokter Spesialis Anak. Konsultan Ahli Autisme, ABA & BIT
(Applied Behavior Analysis dan Biomedical Intervention Therapy)
Tetapi mendekati tahun 2000 angka ini mencapai 15-20 per 10.000 kelahiran.
Data pada tahun 2000, angka ini meningkat drastis yaitu sekitar 60 per 10.000 kelahiran atau 1 : 250 anak. Bahkan di beberapa kota di Amerika bisa mencapai 1 : 100 anak. Angka ini sudah dapat dikatakan sebagai wabah, oleh karena itulah di Amerika autisme sudah dimasukkan ke dalam national alarming.
Insidens dan Prevalens ASD (Autism Spectrum Disorder) adalah 2 kasus baru per 1.000 penduduk per tahun, dan 10 kasus per 1.000 penduduk (BMJ, 1997).
Jumlah penduduk di Indonesia lebih dari 237,5 juta (BPS, 2010) dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,14%. Sehingga diperkirakan jumlah penyandang autisme di Indonesia sekitar 2,4 juta orang, dan bertambah sekitar 500 orang penyandang baru tiap tahunnya.
Berbagai bukti menunjukkan bahwa jumlah penyandang ASD (Autism Spectrum Disorder) semakin bertambah secara dramatis pada tahun 1990an dan awal 2000an. Peningkatan ini selain memang jumlah penyandang autisme sebenarnya semakin bertambah, juga mungkin dipengaruhi oleh kewaspadaan masyarakat serta semakin membaiknya kemampuan diagnosis para dokter/profesional.
Kebanyakan penyandang autisme adalah laki-laki dengan perbandingan 4,3 : 1. Tidak ada perbedaan dalam hal status/latar belakang sosial, ekonomi, ras, etnik.
Tidak ada perbedaan distribusi penyandang autisme dilihat dari status sosial ekonomi orangtua. Autisme dapat terjadi pada anak dari orangtua yang kaya maupun miskin, yang pendidikan tinggi maupun rendah. Juga tidak ada perbedaan dalam hal ras/etnik orangtua.
Beberapa anak autistik mempunyai kelebihan, misalnya ada anak yang mampu menjawab hitungan yang rumit, ada yang mempunyai kelebihan dalam bidang kalender yaitu mampu menyebutkan dengan tepat hari pada suatu tanggal tertentu, dan lain sebagainya.
Namun IQ anak-anak autistik seperti halnya IQ anak-anak lain dalam populasi normal, yaitu ada yang IQ nya rendah, ada juga yang tinggi, namun umumnya mempunyai IQ dengan ukuran rata-rata.
Namun tentunya IQ anak autistik yang belum mendapat intervensi/terapi yang tepat dan benar, tentulah belum menunjukkan potensi yang sebenarnya. Barulah setelah anak mendapat intervensi/terapi yang tepat dan benar, terlihat “peningkatan†IQ mereka sampai akhirnya tercapai potensi yang sebenarnya.
Sehingga dulu sekali, dikatakan bahwa 70% penyandang autisme mempunyai IQ yang tergolong dalam retardasi mental, yang kemudian ternyata hal tersebut tidak benar oleh karena alasan yang sudah disebutkan di atas.
Pertanyaan yang sering diajukan oleh orangtua yang telah mempunyai anak autistik, yaitu bagaimana kemungkinannya jika mereka ingin mempunyai anak lagi.
Dari berbagai kepustakaan, ternyata jika orangtua telah mempunyai anak autistik, maka kemungkinan adiknya juga autistik adalah berkisar dari 2-3 s/d 8-9 %. Yaitu maksudnya, jika 100 keluarga telah mempunyai anak autistik, maka kemungkinan ada 9 keluarga yang anak berikutnya adalah juga autistik. Kadang ditemui orangtua yang semua anaknya adalah autisme (bahkan sampai keempat-empatnya).
Dan angka ini meningkat sampai 50% jika ada sindrom rapuh-X (fragile-X syndrome). Kalaupun anak berikutnya tidak autistik, maka akan terdapat 15% yang mengalami bentuk gangguan lain, yaitu antara lain retardasi mental, ketulian, dan gangguan belajar (learning disability).
Jika salah satu orangtua autistik, maka anak mereka juga autistik sebesar 46%. Jika anak kembar 1 telur, maka 100% keduanya autistik, tetapi jika kembar 2 telur maka 96% keduanya adalah autistik.
Artikel ini juga bisa dibaca di kidaba.com